Kamis, 06 November 2014

Mémoire Étoiles

Mémoire Étoiles

Disclaimer: Kagerou Project/Mekakucity Actors ©Jin/Shizen no teki-P
                     Mémoire Étoiles © ME XD
Genre: Romance, Tragedy, Humor (dikit)
Pairing: Haruka x Takane
Rated: T
WARNING!
OOC, gaje, typo, EYD yg tdk sempurna, etc
Pada malam dimana semua bintang berkelap-kelip
Suatu tragedi telah terjadi pada rumah besar itu
Seorang gadis kecil berlari dari keputusasaan
Menuju dunia baru yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
  Mémoire Étoiles

Pada suatu pagi, di sebuah hutan pinggir kota dimana semua orang tidak akan-tepatnya takut- masuk kedalamnya. Bukan, ini bukan cerita horor. Ini adalah cerita tentang gadis yang tinggal di sebuah rumah dalam hutan tersebut.

Jendela rumah kayu tua tersebut terbuka. Tampaklah sosok seorang gadis berambut hitam sepundak lebih. Dia menopang dagunya dan menatap sekeliling. Seekor burung biru terbang kearahnya dan hinggap di pundaknya. Sekilas gadis itu tersenyum, "Selamat pagi" kemudian membiarkan burung tersebut terbang tinggi ke angkasa. Selepas itu, dia pergi menuju bagian belakang rumah tersebut. Lalu mengambil air dari sumur dan mandi.

Setelah itu, dia mengambil sebuah plastik berisi roti dan sebotol selai dari dalam lemari tua miliknya. Dia membuka plastik tersebut dan mendapati dirinya hanya mempunyai selembar roti, "sial, aku harus membelinya lagi di kota nanti" umpatnya sambil memoleskan selai tersebut ke atas roti tersebut. Tak lama kemudian, dia melahap roti itu dengan secangkir teh yang diseduhnya tadi. Selesai dengan semua itu, dia segera mengambil sapu dan membereskan seluruh rumah. Pagi ini merupakan pagi yang normal bagi Takane. Namun itu tidak berlaku bagi siang harinya terkait hal yang telah terjadi.

Ketika sedang asyik meyulak lemarinya, tiba-tiba dirinya mendapati bahwa pintu rumahnya sedang diketuk dengan keras berulang kali. Takane langsung heran, siapa yang mengunjunginya pagi-pagi di tengah hutan begini. Dengan penuh tanda tanya dan perasaan was-was, dia membuka pintu. Ternyata yang ada di balik pintu tersebut adalah seorang laki-laki berambut hitam. Nafasnya terlihat memburu.

"Maaf, apa aku boleh menumpang disini?" Tanya laki-laki itu.
"Hah?" Ujar Takane heran.
"Apa aku boleh menumpang disini?" Ulangnya.
"Apa maksud-" belum selesai Takane berbicara, laki-laki tersebut langsung masuk ke dalam rumah Takane dan bersembunyi di bawah kolong kasur.
"Maaf! Tolong sembunyikan aku!"
"Hah?" Ditengah-tengah kebingungan Takane, tiba-tiba dari arah utara ada 2 orang laki-laki mendatangi rumahnya sambil berlari. Takane menelan ludahnya. Mengapa ada polisi kota datang ke rumahnya?

"Maaf, nona. Apa anda melihat orang ini?" Tanya salah satu laki-laki yang berambut cepak. Laki-laki yang satunya memasuki dan menjelajahi seisi rumahnya.
"H-hah?! T-tidak.." Ujarnya. Matanya mengikuti tiap gerak-gerik laki-laki yang sedang 'menginterogasi' rumahnya, 'sial, padahal lantai yang disana sudah kusapu!'  pikir Takane.
"Hei, bagaimana?!" Tanya laki-laki yang menanyakan Takane tadi.
"Tidak, dia tidak ada disini" jawabnya. Merekapun langsung meninggalkan Takane dan rumahnya. Takane hanya terdiam ditempat.
"Ah, terimakasih telah menyembunyikanku.., eh?" Ucapan laki-laki itu terhenti ketika melihat perempatan muncul di kepala Takane.
"Apa maksudmu? Kamu siapa? Mereka siapa? Apa hubunganmu dengan mereka? Apa yang terjadi?!" seru Takane menggebu-gebu.
"Ah, sebenarnya aku dikejar oleh mereka tadi" jawabnya.
"Kok bisa?!"
"Err, sebenarnya aku mengambil makanan dan tidak membayarnya di sebuah toko tadi" ujarnya. Takane mendatanginya dan berseru, "bodoh! Kamu tidak punya uang, ya? Nih! Kuberi kau sedikit uang. Sekarang pergilah!" Sambil mendorong laki-laki itu keluar. Baru beberapa langkah, laki-laki itu langsung jatuh terduduk.
"Eh? Kau kenapa?" tanya Takane.
"Aku lemas.. Mungkin karena lari-lari tadi" jawabnya.
"Hmmm.., pasti kamu juga tidak punya rumah, ya? Ya sudah, kamu lebih baik makan dulu di rumahku. Ng..., dan.. Lebih baik kamu tinggal di rumahku saja untuk sementara" kata Takane. Laki-laki itu tersenyum, "terimakasih! Ah iya, namamu siapa?".
"Takane" jawabnya.
"Takane, nama yang bagus.." gumamnya.
"Apa?"
"Ah, tidak. Namaku Haruka, panggil Haruka saja. Terimakasih ya, Takane-san" sejenak wajah Takane memerah. Dia hanya memalingkan wajahnya, "su-sudahlah! Lagipula panggil saja aku Takane!" Haruka mengikutinya dan tersenyum kecil.

Hari mulai malam. Saatnya Takane memasak makanan untuk makan siang. Dia mengambil panci dan mengisinya dengan air lalu mendidihkannya. Kemudian dia memasukkan beberapa sayuran dan bumbu. Lalu diaduk dan voila, Jadilah sup ala Takane.

"Hei, Haruka! Makanannya sudah siap. Lebih baik kamu cepat selesaikan mandinya!" Seru Takane. Haruka menyahut dari belakang, "sebentar!" Lalu Ia segera pergi menghampiri Takane karena memang sudah selesai.
"Sudah, ya! Lebih baik kamu makan supnya dulu. Aku mau mandi" kata Takane yang direspon dengan anggukan Haruka. Kemudian Haruka mengambil semangkuk makanan buatan Takane tersebut. Saat Ia akan menghirup sup itu sesendok, Haruka teringat sesuatu. Ia pun segera pergi menuju belakang rumah, "Ah, Takane! Nanti aku tidur dimana-" ucapan Haruka terhenti ketika melihat Takane yang masih pegang gayung tanpa airnya.
Krik krik krik krik krik krik//jangkrik numpang lewat
"Ah, Takane! Aku tak bermaksud-!"
"KYAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!"
Sebuah baskom pun melayang ke wajah Haruka.

Kini mereka duduk berhadap-hadapan pada meja kecil di rumah tersebut. Haruka memegangi pipinya yang masih sakit karena lemparan baskom Takane tadi ( dengan tambahan tamparan tentu). Takane masih sibuk menyeruputi supnya yang sudah dingin. Sebuah handuk melingkar di lehernya. Terlihat jelas raut wajahnya yang menunjukkan bahwa dia kesal.
"Maaf, Takane.. Aku tidak bermaksud-" kata Haruka terhenti ketika Takane memukul keras-keras meja tersebut.
"Ah, sudahlah! Tidak ada gunanya aku begini. Lebih baik kau tidur disana nanti" kata Takane sambil menunjuk kardus yang sudah disusun sedemikian rupa sehingga menyerupai kasur. Haruka bengong, 'aku tidur disana?' pikirnya.
"Takane, tidur disana?" tanya Haruka.
"Iya" jawab Takane.
"Disana?" ulangnya.
"Iya"
Sunyi senyap.

"Ta-Takane, tidak mungkin, kan, Aku disana? Lagipula pasti akan roboh jika kupakai tidur" ujar Haruka.
"Ah! Alasan! Kemarin kupakai untuk menaruh beras satu kilogram bisa, kok-"
BRAK! BRUK! GUBRAKK!
Tepat Takane menyelesaikan ucapannya, kardus-kardus itu roboh dan lantai dibawahnya hancur. Haruka cengo.

"Haruka..., ini ulahmu, ya?" ujar Takane.
"Bu-bukan, kok! Aku tidak disana sejak tadi!" sergah Haruka. Takane menghela nafasnya. Toh, memang salahnya. Haruka juga manusia. Toh, dia sendiri yang menghancurkannya.
"Ya sudahlah, khusus malam ini, kau boleh tidur di kasurku! Besok kita ke kota membeli bahan makanan sekaligus alas tidurmu!" Tegas Takane.
"Eh?" Haruka masih bingung. Takane mendesah, "apa harus kuulangi lagi?"
"Te-terimakasih Takane!" ucap Haruka sembari mengulum senyum. BLUSH!! Sejenak Takane merasakan suatu perasaan yang aneh. Suatu perasaan.., yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata..
"Sudahlah! Ayo kita tidur malam ini" ajak Takane sambil mematikan lampu minyak. "Kau menghadap ke dinding, aku di pinggir!" lanjutnya. Haruka mengangkat yangannya dan meletakkannya diujung alisnya, "siap!".
Takane merebahkan dirinya di kasur dan memejamkan matanya. Benar-benar hari yg aneh.


To Be Continue....
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
A/N:
Yihaaaaaaaaa! Jadi satu chap XD
Rencananya ini bakal kubikin jadi 3 chapter. Ini fanfic pertama ( yang dipost ke sini) gw, jadi kalo ada yg salah2 harap maklum yah ._. v
Sampai jumpa di chap selanjutnya!

Salam sukses!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar